Kamis, 07 Januari 2010

Bersakit-sakit dahulu ,bersakit-sakit kemudian?


Suatu hari, Fulan (bukan nama sebenarnya), pemimpin sebuah grup orkes campursari yang cukup tersohor di seantero Wonogiri (Jawa Tengah) ditelepon Pak Gagah (bukan nama sebenarnya), warga suatu desa di Kecamatan Jatisrono, Wonogiri. Ia mau menyewa orkesnya Fulan untuk resepsi di rumahnya.

Fulan pun segera menghubungi krunya.

“Wah, kebetulan aku lagi bokek. Aku utang dulu, ya, Bos?” kata si pemain organ.

“Nggak perlu. Nih, aku lunasi dulu honormu nanti,” jawab Fulan sambil menyerahkan uang Rp 300.000. Toh, pikir Fulan, seusai pentas ia akan menerima Rp 1.000.000 tunai untuk lima orang personil orkes: si pemain organ, kru teknik, Fulan sang pemimpin, dan istrinya, Fulanah, yang bertindak selaku penyanyi, serta seorang penyanyi lain.

Singkat cerita, tibalah hari-H. Malamnya, rombongan orkes Fulan menempuh perjalanan ke rumah Pak Gagah.

Hang Tuah

Hikayat Hang Tuah adalah sebuah karya sastra Melayu yang termasyhur dan mengisahkan Hang Tuah.

Dalam zaman kemakmuran Kesultanan Malaka, adalah Hang Tuah, seorang laksamana yang amat termasyhur. Ia berasal dari kalangan rendah, dan dilahirkan dalam sebuah gubug reyot. Tetapi karena keberaniannya, ia amat dikasihi dan akhirnya pangkatnya semakin naik. Maka jadilah ia seorang duta dan mewakili negeranya dalam segala hal.

Hang Tuah memiliki beberapa sahabat karib: Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Ada yang berpendapat bahwa kedua tokoh terakhir ini sebenarnya hanya satu orang yang sama saja. Sebab huruf Jawi wau; "ﻭ" dan ra; "ﺭ" bentuknya sangat mirip. Tetapi yang lain menolak dan mengatakan bahwa kelima kawan ini adalah versi Melayu daripada para Pandawa lima, tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata.

Hikayat ini berputar pada kesetiaan Hang Tuah pada Seri Sultan. Bahkan ketika ia dikhianati dan dibuang, teman karibnya, Hang Jebat yang memberontak membelanya akhirnya malah dibunuhnya. Hal ini sampai sekarang terutama di kalangan Bangsa Melayu masih kontroversial. Siapakah yang benar: Hang Tuah atau Hang Jebat?

Selain itu setting cerita ini adalah di Malaka sekitar abad ke-14 Masehi. Sebab banyak diceritakan dalam hikayat ini perseteruan antara Malaka dan Majapahit.

Banyak kritik ditujukan kepada orang Jawa dalam hikayat ini. Meskipun begitu senjata paling ampuh, yaitu sebilah keris, berasal dari Majapahit. Malah Hang Tuah lima bersaudara dikatakan menuntut banyak ilmu kebatinan dari petapa Jawa.

Debat kusir Tentang Ayam

Debat Kusir Tentang Ayam

Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda tersenyum. Beliau memanggil pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara untuk umum. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tetapi memerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Barangsiapa yang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan. Satu pundi penuh uang emas. Tetapi bila tidak bisa menjawab maka hukuman yang menjadi akibatnya.

Banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara itu terutama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampai meneteskan air liur. Mengingat beratnya hukuman yang akan dijatuhkan maka tak mengherankan bila pesertanya hanya empat orang. Dan salah satu dari para peserta yang amat sedikit itu adalah Abu Nawas.

Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawaban harus masuk akal. Kedua, peserta harus mampu menjawab sanggahan dari Baginda sendiri.

Pada hari yang telah ditetapkan para peserta sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di atas panggung. Beliau memanggil peserta pertama. Peserta pertama maju dengan tubuh gemetar. Baginda bertanya,

"Manakah yang lebih dahulu, telur atau ayam?" "Telur." jawab peserta pertama.

"Apa alasannya?" tanya Baginda.

"Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur." kata peserta pertama menjelaskan.

"Kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?" sanggah Baginda. .
Peserta pertama pucat pasi. Wajahnya mendadak berubah putih seperti kertas. la tidak bisa menjawab. Tanpa ampun ia dimasukkan ke dalam penjara

Kemudian peserta kedua maju. la berkata,

"Paduka yang mulia, sebenarnya telur dan ayam tercipta dalam waktu yang bersamaan."

"Bagaimana bisa bersamaan?" tanya Baginda.

"Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur. Bila teiur lebih dahulu itu juga tidak mungkin karena telur tidak bisa menetas tanpa dierami." kata peserta kedua dengan mantap.

"Bukankah ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan?" sanggah Baginda memojokkan. Peserta kedua bjngung. la pun dijebloskan ke dalam penjara.

Lalu giliran peserta ketiga. la berkata;

"Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam tercipta lebih dahulu daripada telur."

"Sebutkan alasanmu." kata Baginda.

"Menurut hamba, yang pertama tercipta adalah ayam betina." kata peserta ketiga meyakinkan.

"Lalu bagaimana ayam betina bisa beranak-pinak seperti sekarang. Sedangkan ayam jantan tidak ada." kata Baginda memancing.

"Ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan. Telur dierami sendiri. Lalu menetas dan menurunkan anak ayam jantan. Kemudian menjadi ayam jantan dewasa dan mengawini induknya sendiri." peserta ketiga berusaha menjelaskan.

"Bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantan yang sudah dewasa sempat mengawininya?"

Peserta ketiga pun tidak bisa menjawab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan ke penjara.

Kini tiba giliran Abu Nawas. la berkata, "Yang pasti adalah telur dulu, baru ayam."

"Coba terangkan secara logis." kata Baginda ingin tahu "Ayam bisa mengenal telur, sebaliknya telur tidak mengenal ayam." kata Abu Nawas singkat.

Agak lama Baginda Raja merenung. Kali ini Baginda tidak nyanggah alasan Abu Nawas.

Kisah 3 sahabat

Ada seorang Yogis (Ahli Yoga) mengajak seorang Pendeta bersekongkol akan memperdaya Iman Abu Nawas. Setelah mereka mencapai kata sepakat, mereka berangkat menemui Abu Nawas di kediamannya.

Ketika mereka datang Abu Nawas sedang melakukan solat Dhuha. Setelah dipersilahkan masuk oleh isteri Abu Nawas mereka masuk dan menunggu sambil berbincang-bincang santai.

Selesai solat Abu Nawas menyambut mereka. Abu Nawas dan para tamunya bercakap-cakap sejenak.

"Kami sebenarnya ingin mengajak engkau melakukan pengembaraan suci. Kalau engkau tidak keberatan bergabunglah bersama kami." kata Ahli Yoga.

"Dengan senang hati, aku akan mengikuti rancangannya?" tanya Abu Nawas jujur.

"Besok pagi." kata Pendeta.

"Baiklah kalau begitu kita bertemu di warung teh besok." kata Abu Nawas menyanggupi.

Hari berikutnya mereka berangkat bersama. Abu Nawas mengenakan jubah seorang Sufi. Ahli Yoga dan Pendeta memakai seragam keagamaan mereka masing-masing. Di tengah jalan mereka mulai diserang rasa lapar karena mereka memang sengaja tidak membawa bekal.

"Hai Abu Nawas, bagaimana kalau engkau saja yang mengumpulkan derma guna membeli makanan untuk kita bertiga. Karena kami akan mengadakan kebaktian." kata Pendeta. Tanpa banyak bicara Abu Nawas berangkat mencari dan mengumpulkan derma dari dusun satu ke dusun lain. Setelah derma terkumpul, Abu Nawas membeli makanan yang cukup untuk tiga orang. Abu Nawas kembali ke Pendeta dan Ahli Yoga dengan membawa makanan. Karena sudah tak sanggup menahan rasa lapar Abu Nawas berkata, "Mari segera kita bagi makanan ini sekarang juga."

"Jangan sekarang. Kami sedang berpuasa." kata Ahli Yoga.

"Tetapi aku hanya menginginkan bahagianku saja sedangkan bagian kalian terserah pada kalian." kata Abu Nawas menawarkan jalan keluar.

"Aku tidak setuju. Kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun:" kata Pendeta.

"Betul aku pun tidak setuju karena waktu makanku besok pagi. Besok pagi aku baru akan berbuka." kata Ahli Yoga.

"Bukankah aku yang engkau jadikan alat pencari derma Dan derma itu sekarang telah kutukar dengan makanan ini. Sekarang kalian tidak mengizinkan aku mengambil bahagian sendiri. Itu tidak masuk akal." kata Abu Nawas mulai merasa jengkel. Namun begitu Pendeta dan Ahli Yoga tetap bersikeras tidak mengizinkan Abu Nawas mengambil bahagian yang menjadi haknya.

Abu Nawas merasa kurang senang. la mencuba sekali lagi meyakinkan kawan-kawannya agar mengizinkan ia memakan bahagianya. Tetapi mereka tetap saja menolak.

Abu Nawas benar-benar merasa jengkel dan marah. Namun Abu Nawas tidak memperlihatkan sedikit pun kejengkelan dan kemarahannya.

"Bagaimana kalau kita mengadakan perjanjian." kata Pendeta kepada Abu Nawas.

"Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.

"Kita adakan lumba. Barangsiapa di antara kita bermimpi paling indah maka ia akan mendapat bahagian yang terbanyak yang kedua lebih sedikit dan yang terburuk akan mendapat paling sedikit." Pendeta itu menjelaskan.

Abu Nawas setuju. la tidak memberi komentar apa-apa.

Malam semakin larut. Embun mulai turun ke bumi. Pendeta dan Ahli Yoga mengantuk dan tidur. Abu Nawas tidak bisa tidur. la hanya berpura-pura tidur. Setelah merasa yakin kawan-kawannya sudah terlelap Abu Nawas menghampiri makanan itu. Tanpa berpikir dua kali Abu Nawas memakan habis makanan itu hinggatidak tersisa sedikit pun. Setelah merasa kekenyangan Abu Nawas baru tidur.

Keesokan hari mereka bangun hampir bersamaan. Ahli Yoga dengan wajah berseri-seri bercerita, "Tadi malam aku bermimpi memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan Nirvana. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya dalam hidup ini."

Pendeta mengatakan bahwa mimpi Ahli Yoga benar-benar menakjubkan. Betul betul luar biasa. Kemudian giliran Pendeta menceritakan mimpinya.

"Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Dan temyata memang benar. Aku secara tidak sengaja berhasil menyusup ke masa silam dimana pendiri agamaku hidup. Aku bertemu dengan beliau dan yang lebih membahagiakan adalah aku diberkatinya."

Ahli Yoga juga memuji-muji kehebatan mimpi Pendeta, Abu Nawas hanya diam. la bahkan tidak merasa tertarik sedikitpun.

Karena Abu Nawas belum juga buka mulut, Pendeta dai Ahli Yoga mulai tidak sabar untuk tidak menanyakan mimpi Abu Nawas.

"Kalian tentu tahu Nabi Daud alaihissalam. Beliau adalah seorang nabi yang ahli berpuasa. Tadi malam aku bermimpi berbincang-bincang dengan beliau. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Aku katakan aku berpuasa karena aku memang tidak makan sejak dini hari Kemudian beliau menyuruhku segera berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani mengabaikan perintah beliau. Aku segera bangun dari tidur dan langsung menghabiskan makanan itu." kata Abu Nawas tanpa perasaa bersalah secuil pun.

Sambil menahan rasa lapar yang menyayat-nyayat Pendeta dan Ahli Yoga saling berpandangan satu sama lain.

Kejengkelan Abu Nawas terobati. Kini mereka sadar bahwa tidak ada gunanya coba-coba mempermainkan Abu Nawas, pasti hanya akan mendapat celaka sendiri.

Kumpulan Pantun Jenaka

Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal
Siapkan bekal menjelang wafat
Turutlah Nabi siapkan bekal
Dengan sebar ilmu manfaat

Krisis Ekonomi dan penangkapan maling berkepanjangan



  • Kalian tahu, sekarang banyak macam krisis ekonomi. Mulai dari segi finansial, dan lainnya. Nah, sekarang kita temui keluarga yang satu ini. Keluarga yang satu ini krisis ekonomi. Krisisnya dari segi keuangan. Malahan, mereka sampai krisis terus-terusan.
    Lihatlah salah satu dialog berikut ini:
    Pewawancara: Kalian kan krisis ekonomi. Krisis ekonomi apa?
    Narasumber: Krisis ekonomi dari segi keuangan
    Pewawancara: Lho, kok bisa krisis ekonomi? Awalnya uang bapak kan banyak
    Narasumber: Soalnya uangnya di-rampok maling
    Pewawancara: Pantas sekarang jadi krisis keuangan gara-gara maling
    Akhirnya diteleponlah polisi (krisis keuangan gara-gara maling merampok uang itu)
    Inilah dialog si narasumber tadi dengan polisi. Narasumbernya …

Doraemon,sebuah kisah klasik untuk masa depan

kelima tokoh utama Doraemon

Waktu kecil, saya amat suka kalau sudah didongengi oleh ayah saya. Berbagai macam dongeng pun keluar. Barangkali kawan-kawan juga demikian. Mulai dari dongeng asli Indonesia, sampai dongeng impor semacam Andersen, Grimm, Dr. Seuss, etc. kebanyakan dongeng itu berkisah sebuah negeri antah-berantah di zaman dahulu kala (a long time ago, in a land far, far away…) mengajarkan nilai moral. Tetapi sadarkah, ada sebuah dongeng, dengan banyak cerita, dekat dengan realita, dan hadir di TV setiap hari minggu? Mari saya perkenalkan, dialah Doraemon….

Doraemon yang diciptakan duo mangaka, Fujimoto Hiroshi dan Abiko Motoo yang berkolaborasi dengan nama pena Fujiko Fujio, memang adalah legenda. Baru-baru ini Kementrian Luar Negeri Jepang menetapkan Doraemon sebagai Duta Besar Anime pertama dari negeri itu. Di Indonesia, malahan Doraemon dipakai sebagai simbol perayaan 50 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.

Doraemon sendiri berkisah di Tokyo pada dekade 70-an, di sebuah lingkungan yang umum. Nobi Nobita adalah seorang anak pada umumnya, dengan ciri khasnya: sering dimarahi guru, malas mengerjakan PR, buruk dalam olahraga, pintar dalam menembak dan tidur siang, dan mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Ayahnya, Nobisuke, adalah seorang warga kelas pekerja yang pergi-pagi-pulang-sore, selalu gagal dalam ujian SIM, mantan pelukis, dan terkadang ditekan atasannya di tempat kerja. Ibunda Nobita, Tamako, adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Dominan (ditakuti juga oleh suaminya), pengurus rumah tangga yang utama, dan sering dipusingkan oleh kelakuan Nobita yang sering tidak bertanggung jawab. Mereka hidup layaknya keluarga kelas menengah secara wajar sampai suatu hari: Doraemon tiba dari abad ke-22 di laci meja belajar Nobita. Dan kisah Doraemon pun dimulai……

Doraemon dikirimkan cucu Nobita kelak, Sewashi, dari abad ke-22 untuk membantu Nobita dalam menghadapi permasalahan dia sehari-hari, sekalian untuk membuat Nobita menjadi lebih baik. Doraemon yang amat doyan kue dorayaki sendiri adalah sebuah robot pengasuh anak (model Dora) berbentuk kucing dan berwarna kuning, yang malangnya adalah produk afkiran. Dibeli oleh keluarga Sewashi, dia pun mengasuh bocah imut itu. Namun malangnya, Doraemon pun kerap menimbulka masalah. Kantong Ajaibnya (yang digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk mengasuh anak) sering mengeluarkan alat yang salah. Suatu hari telinga Doraemon habis digigit tikus, dan dengan panik dia mencoba mengeluarkan obat penumbuh telinga dari kantongnya, namun yang keluar adalah obat peluntur warna. Sejak saat itulah, Doraemon kehilangan telinganya, menjadi berwarna biru (warna dasar setiap Robot Dora), dan amat takut pada tikus.

Nobita memiliki banyak teman sepermainan. Ada Minamoto Shizuka, anak perempuan manis yang ditaksir Nobita. Dia cantik, pandai, sangat suka mandi, dan ikut les piano atas paksaan ibunya. Ada juga Gouda Takeshi yang dikenal kawan-kawannya dengan sebutan Giant. Dia adalah anak dari keluarga pedagang, kuat (yang kekuatannya sering disalahgunakan), kapten dari Tim Baseball Giants, suka menindas teman-temannya, amat yakin dengan kemampuan vokalnya (yang sayangnya sangat buruk) tapi memiliki rasa moral yang tinggi. Ada lagi Honekawa Suneo, putra tunggal dari sebuah keluarga kaya. Manjaan berlebihan yang diberikan keluarganya membuat dia sering meremehkan orang lain. Dia lumayan pintar, doyan memamerkan harta keluarganya. Bersahabat dekat dengan Giant, dan agak minder dengan tinggi badannya.

Plot Doraemon berfokus pada kehidupan sehari-hari, lengkap dengan masalahnya. Sejak kedatangan Doraemon, dia jadi mengandalkan Doraemon untuk menyelesaikan masalahnya. Doraemon yang tidak tahan dengan rajukan Nobita, akhirnya mengalah dan mengeluarkan peralatan canggih dari kantongnya untuk menyelesaikan masalah Nobita. Tapi dasar Nobita, dia seringkali menyalahgunakan alat yang dikeluarkan Doraemon. Kelakuannya itu kerap kali medatangkan karma, dan berbalik pada kesialan yang menimpa dirinya. Ini adalah salah satu nilai moral yang diajarkan Doraemon: secanggih apapun, kalau disalahgunakan maka hanya kesengsaraan yang menimpa.

Doraemon pun adalah serial yang amat visioner. Dalam banyak episode, Doraemon banyakdiceritakan tentang petualangan Nobita dan kawan-kawannya ke negeri masa depan, dengan teknologi yang murni digunakan untuk harmonisasi manusia dengan lingkungannya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Pandangan saya terhadap lingkungan pun amat dipengaruhi dengan status saya sebagai salah satu anak didik Doraemon.

Salah satu episode yang paling saya suka adalah petualangan Nobita dan kawan-kawannya di Planet Binatang. Di situ diceritakan tentang Binatang yang sudah berevolusi menjadi mirip manusia, yang hidup secara harmonis dengan sesamanya. Mereka hidup dengan damai (tidak ada tentara, bahkan saat tahun baru, polisi dan penjahat sama-sama libur seminggu). Mereka hidup dengan harmonisasi pada alam, memanfaatkan teknologi yang amat sangat ramah lingkungan. Sebelum berevolusi, mereka adalah binatang pada umumnya yang hidup pada bulan planet itu, sampai perang nuklir dan kerusakan lingkungan menghancurkan bulan. Seorang ilmuwan yang menyadari hal itu, lalu mencptakan alat transportasi berbentuk gas dan memindahkan binatang-binatang itu ke planet mereka tinggal sekarang. Suatu hari, manusia yang tersisa dari bulan menyerbu planet para binatang, dan Nobita yang tidak tahan akan hal itu lalu mengajak teman-temannya, bersama-sama menyelamatkan planet yang indah itu….

Akhir kata, saya amat salut pada Doraemon. Dia sudah mengajarkan nilai-nilai moral dengan amat baik, tanpa kesan menggurui. Nilai-nilai tentang persahabatan pun amat kental dirasakan di sini. Walaupun Giant dan Suneo sering mengganggu Nobita, tetapi pada saat-saat sulit mereka akan membantu dengan tulus tanpa pamrih apapun. Konflik rumah tangga a la sinetron pun nyaris dibilang tidak ada di sini. Penggambaran karakter maupun setting yang amat down-to-earth menjadi nilai tambah dari seri ini. Doraemon sudah berhasil mendidik sebuah generasi: Generasi Doraemon.